MERAUKE, KOMPAS.TV - Berada di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini tak menghambat usaha seorang warga sekaligus guru Sekolah Dasar bernama Theresia Agnesia untuk mengembangkan UMKM bersama warga lokal Merauke.
Memanfaatkan lebah madu endemik Papua, Agnesia berhasil membuat produk madu trigona sendiri yang dikembangkan di sekitar rumahnya.
Tinggal di perbatasan antara negara Indonesia dengan Papua Nugini menjadi berkah tersendiri bagi Agnesia bersama sejumlah warga Papua.
Kekayaan alam yang masih melimpah dimanfaatkan Agnesia untuk membuat ragam produk UMKM madu trigona.
Ide mengembangkan madu trigona muncul saat pandemi Covid-19 dimana saat itu banyak warga yang mencari madu hutan untuk menambah imun tubuh.
Berdasarkan pengalaman sewaktu kecil, dirinya pernah diajari oleh orang tuanya untuk mencari lebah madu dari rongga kayu yang sudah tua.
Madu trigona yang diberi label madu pokos ini, dibudidayakan melalui lebah jenis austroplebecia cincta dan lebah tetragulona mellipes jenis lebah endemik yang ada di Papua Selatan.
Pengembangan madu ini dimulainya sejak awal tahun 2019 lalu hingga saat ini setelah melalui rangkaian perjuangan panjang.
Meski durasi panen lebah madu trigona yang ia kembangkan membutuhkan waktu cukup panjang yakni, selama 8 bulan untuk sekali panen.
Terlebih dalam satu kotak atau rumah lebah hanya bisa dipanen maksimal 500 mililiter saja sekali panen.
Namun, hal ini tak menyurutkan semangat dirinya yang hingga saat ini produknya sudah banyak dipesan bahkan hingga keluar Merauke.
Baca Juga Kementerian BUMN Gelar Workshop "UMKM Naik Kelas" di Surabaya, Dukung Asta Cita Presiden Prabowo di https://www.kompas.tv/advertorial/589775/kementerian-bumn-gelar-workshop-umkm-naik-kelas-di-surabaya-dukung-asta-cita-presiden-prabowo
#maduendemik #umkm #madutrigona #madu
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/590774/cerita-guru-sekolah-dasar-di-perbatasan-kembangkan-madu-lebah-endemik