PAPUA, KOMPAS.TV - Polemik kerusakan lingkungan akibat aktivitas tambang di Raja Ampat, Papua Barat, terus bergulir.
Publik kini menantikan langkah konkret dari pemerintah yang dinilai belum memberikan solusi tegas atas persoalan tersebut. Sementara itu, masyarakat sekitar terus merasakan dampak nyata dari kerusakan yang terjadi.
Hutan belantara yang dulu hijau lebat kini berubah menjadi lahan gundul, terbuka menganga di berbagai titik. Puluhan alat berat berupa excavator dari luar pulau didatangkan untuk menggali tanah dan batuan di kawasan tersebut.
Dampaknya tak hanya dirasakan di darat. Laut Raja Ampat yang dikenal jernih dan menjadi surga bawah laut, kini mulai keruh. Kondisi ini mengancam kelangsungan hidup biota laut, termasuk terumbu karang yang menjadi sumber penghidupan utama nelayan setempat.
Menanggapi situasi ini, masyarakat mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan terkait aktivitas pertambangan di wilayah Raja Ampat, mengingat daerah ini merupakan kawasan wisata berkelas dunia yang seharusnya dijaga kelestariannya.
Baca Juga Detik-Detik Polisi Tangkap 7 Pengedar Narkoba Jaringan Sumatera, Sita 907 Gram Sabu di https://www.kompas.tv/nasional/599055/detik-detik-polisi-tangkap-7-pengedar-narkoba-jaringan-sumatera-sita-907-gram-sabu
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/599056/fakta-polemik-kerusakan-lingkungan-tambang-nikel-raja-ampat-warga-butuh-solusi-tegas-pemerintah